INILAHCOM,
Bandung - Sinergi yang baik antara pemerintah, guru, dan orang tua
bakal memudahkan proses pembentukan karakter para siswa. Lebih optimal
hasilnya jika dipadukan dengan aplikasi nilai-nilai religius.
Membimbing
anak-anak didik secara komprehensif tidak semudah membalik telapak
tangan. Pastinya perlu dukungan berbagai elemen. Di antaranya, para guru
yang selalu memantau, membina, dan membimbing ketika anak-anak didiknya
berada di lingkungan sekolah.
Tidak kalah penting yaitu sikap dan bimbingan dari orang tua siswa ketika anak-anak tersebut berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Elemen penting lain, yaitu kesadaran dari setiap individu untuk selalu berbuat yang terbaik.
Di satu sisi, di lapangan masih ditemukan sejumlah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi atau lebih pintar dibandingkan teman-teman di sekolah, belum tentu memiliki perilaku baik sesuai diharapkan orang tua dan para guru. Itu bakal jadi bumerang ketika anak-anak itu salah menangambil jurusan atau berada di lingkungan yang kurang mendukung.
Melihat fenomena seperti itu, maka penting bagi anak didik mendapat pemahaman tepat tentang nilai-nilai religi sebagai pengimbang. Bimbingan orang tua, guru bahkan orang-orang dewasa di lingkungan sekitar memegang pernanan penting. Sinergi yang baik mempermudah arah pembinaan anak-anak agar sesuiai harapan.
Penanaman nilai-nilai religi seperti inilah yang dilakukan para guru dan pimpinan SMK Negeri 2 Bandung kepala para peserta didik. Salah satu bentuk nyata penerapan nilai-nilai tersebut, setiap hari para siswa diajak ikut melakuakan salat duha berjamaah sebelum masuk kelas dan mulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Pembiasaan salat duha bersama para siswa dan guru-guru dilakukan di lapangan basket sekolah yang terletak di Jalan Ciliwung, Kota Bandung. Kegiatan ini bertujuan mengajak para siswa agar dapat lebih dalam mengenal dan mengamalkan ilmu keagamaan, hingga nilai-nilai positif yang diperoleh dari kegiatan ini dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Staf Kesiswaan Koordinator Bidang Ekstrakurikuler SMK Negeri 2 Bandung, Agus Hendrik mengatakan, setiap Senin digelar salat duha bersama. Kegiatan ini diisi tiga kegiatan, yaitu zikir, menghafazkan asmaul husna, dan melakukan salat duha bersana-sama.
Khusus di pada Kamis, setelah mengikuti kegitan tersebut diadakan lomba senam bagi para siswa-siswanya itu sendiri, ujarnya saat ditemu INILAH diruang kerjanya usai melakukan kegiatan salat duha, Jumat (10/4).
Agus menjelaskan, salat duha bersama dilakukan setiap hari, Senin sampai Jumat. Setelah salat duha di hari Selasa, para siswa melakukan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Di situlah para siswa unjuk gigi dan mengasah berbagai kemampuan, keterampilan, maupun bakat yang mereka miliki.
Setiap Rabu, suasana salat duha agak berbeda, karena para siswa dan guru SMK Negeri 2 Bandung mencoba mendukung program Wali Kota Bandung melaksanakan program Rebo Nyunda. Sehingga para pria pun mengenakan baju pangsi ketika salat duha. Sementara para siswi tetap harus mengenakan mukena meski di dalamnya mereka memakai kebaya.
Tidak lupa setiap siswa, guru, bahkan kepala sekolah, semua menggukan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda. Kita harus bangga dengan budaya sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan budaya kita. Maka kami sangat bangga menggunakan bahasa Sunda. Para siswa pun dapat lebih mengerti dan terus memperkaya kosa kata basa Sunda, terangnyta.
Memasuki hari Kamis, siswa dan guru SMK Negeri 2 Bandung kembali terlibat aktif melaksanakan program Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yaitu menerapkan English Day. Melalui pembiasaan ini diharapkan para siswa dapat memahami bahasa internasional ini. Siswa juga diajarkan pidato dalam bahasa Inggris.
Jumat setelah salat duha dilakukan senam bersama. Kalau hari Sabtu kita tidak ada kegiatan belajar. Hanya ada kehiatan eksul saja, biasanya diiisi ekskul kepramukaan, pungkasnya. (rey).
Tidak kalah penting yaitu sikap dan bimbingan dari orang tua siswa ketika anak-anak tersebut berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Elemen penting lain, yaitu kesadaran dari setiap individu untuk selalu berbuat yang terbaik.
Di satu sisi, di lapangan masih ditemukan sejumlah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi atau lebih pintar dibandingkan teman-teman di sekolah, belum tentu memiliki perilaku baik sesuai diharapkan orang tua dan para guru. Itu bakal jadi bumerang ketika anak-anak itu salah menangambil jurusan atau berada di lingkungan yang kurang mendukung.
Melihat fenomena seperti itu, maka penting bagi anak didik mendapat pemahaman tepat tentang nilai-nilai religi sebagai pengimbang. Bimbingan orang tua, guru bahkan orang-orang dewasa di lingkungan sekitar memegang pernanan penting. Sinergi yang baik mempermudah arah pembinaan anak-anak agar sesuiai harapan.
Penanaman nilai-nilai religi seperti inilah yang dilakukan para guru dan pimpinan SMK Negeri 2 Bandung kepala para peserta didik. Salah satu bentuk nyata penerapan nilai-nilai tersebut, setiap hari para siswa diajak ikut melakuakan salat duha berjamaah sebelum masuk kelas dan mulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Pembiasaan salat duha bersama para siswa dan guru-guru dilakukan di lapangan basket sekolah yang terletak di Jalan Ciliwung, Kota Bandung. Kegiatan ini bertujuan mengajak para siswa agar dapat lebih dalam mengenal dan mengamalkan ilmu keagamaan, hingga nilai-nilai positif yang diperoleh dari kegiatan ini dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Staf Kesiswaan Koordinator Bidang Ekstrakurikuler SMK Negeri 2 Bandung, Agus Hendrik mengatakan, setiap Senin digelar salat duha bersama. Kegiatan ini diisi tiga kegiatan, yaitu zikir, menghafazkan asmaul husna, dan melakukan salat duha bersana-sama.
Khusus di pada Kamis, setelah mengikuti kegitan tersebut diadakan lomba senam bagi para siswa-siswanya itu sendiri, ujarnya saat ditemu INILAH diruang kerjanya usai melakukan kegiatan salat duha, Jumat (10/4).
Agus menjelaskan, salat duha bersama dilakukan setiap hari, Senin sampai Jumat. Setelah salat duha di hari Selasa, para siswa melakukan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Di situlah para siswa unjuk gigi dan mengasah berbagai kemampuan, keterampilan, maupun bakat yang mereka miliki.
Setiap Rabu, suasana salat duha agak berbeda, karena para siswa dan guru SMK Negeri 2 Bandung mencoba mendukung program Wali Kota Bandung melaksanakan program Rebo Nyunda. Sehingga para pria pun mengenakan baju pangsi ketika salat duha. Sementara para siswi tetap harus mengenakan mukena meski di dalamnya mereka memakai kebaya.
Tidak lupa setiap siswa, guru, bahkan kepala sekolah, semua menggukan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda. Kita harus bangga dengan budaya sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan budaya kita. Maka kami sangat bangga menggunakan bahasa Sunda. Para siswa pun dapat lebih mengerti dan terus memperkaya kosa kata basa Sunda, terangnyta.
Memasuki hari Kamis, siswa dan guru SMK Negeri 2 Bandung kembali terlibat aktif melaksanakan program Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yaitu menerapkan English Day. Melalui pembiasaan ini diharapkan para siswa dapat memahami bahasa internasional ini. Siswa juga diajarkan pidato dalam bahasa Inggris.
Jumat setelah salat duha dilakukan senam bersama. Kalau hari Sabtu kita tidak ada kegiatan belajar. Hanya ada kehiatan eksul saja, biasanya diiisi ekskul kepramukaan, pungkasnya. (rey).
0 Komentar